Desa Adat Tradisional Penglipuran Bali Desa Adat Penglipuran adalah sebuah desa tradisional yang masih terjaga kealamiannya sampai sekarang...
Desa Adat Tradisional Penglipuran Bali
Desa Adat Penglipuran adalah sebuah desa tradisional yang masih terjaga kealamiannya sampai sekarang. Desa Adat Penglipuran ini terletak di Kelurahan Kubu, Kabupaten Bangli, tepatnya di jalan utama Kintamani – Bangli. Tatanan kehidupan di desa ini terbilang unik dan belum tersentuh modernisasi, dengan arsitektur bangunan yang tertata apik satu dengan yang lainnya menjadikan desa ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan desa-desa umumnya di Bali. Pintu gerbang atau yang sering disebut dengan “angkul-angkul” terlihat seragam satu dengan lainnya. Jalan utama desa adat ini berupa jalan sempit yang berudag-undag. Rumah masing-masing keluarga hamper seragam mulai dari pintu gerbang, bangunan suci (pemerajan), dapur, ruang tidur, ruang tamu, serta lumbung tempat penyimpanan hasil panen sawah berupa padi. Desa ini terletak di dataran yang tinggi yang membuat suasana desa ini sejuk, ditambah dengan tata ruang yang memberikan ruang terbuka lebih khususnya untuk pertamanan menjadikan desa ini terlihat asri.
Sejarah Desa Adat Penglipuran
Menurut sejarah Desa Adat Penglipuran ini berasal dari kata “penglipur” yang artinya “penghibur”, karena pada jaman kerajaan dulu, desa ini sering dikunjungi oleh keluarga-keluarga kerajaan untuk menghibur diri karena suasana alamnya yang indah dan damai. Ada juga yang menyebut kata “Penglipuran” berasal dari kata “pengeling pura” yang artinya tempat yang suci untuk mengenang para leluhur. Sesuai dengan kosep yang ada, desa adat penglipuran dibagi menjadi tiga bagian yaitu bangunan suci yang terletak di hulu/ perumahan di tengah, dan lahan usaha tani di pinggir atau hilir. Di Pura Penataran/ masyarakat desa adat penglipuran memuja Dewa Brahma manifestasi Ida Sang Hyang Widi sebagai pencipta alam semesta beserta isinya. Dan masyarakat Desa Adat Penglipuran percaya bahwa leluhur mereka berasal dari Desa Bayung Gede, Kintamani .Dilihat dari segi tradisi, desa adat ini menggunakan sistem pemerintahan hulu apad. Pemerintahan desa adatnya terdiri dari prajuru hulu apad dan prajuru adat. Prajuru hulu apad terdiri dari jero kubayan, jero kubahu, jero singgukan, jero cacar, jero balung dan jero pati. Prajuru hulu apad otomatis dijabat oleh mereka yang paling senior dilihat dari usia perkawinan tetapi yang belum ngelad. Ngelad atau pensiun terjadi bila semua anak sudah kawin atau salah seorang cucunya telah kawin. Mereka yang baru kawin duduk pada posisi yang paling bawah dalam tangga keanggotaan desa adat. Menyusuri jalan utama desa kearah selatan anda akan menjumpai sebuah tugu pahlawan yang tertata dengan rapi. Tugu ini dibangun untuk memperingati serta mengenang jasa kepahlawanan Anak Agung Gede Anom Mudita atau yang lebih dikenal dengan nama Kapten Mudita. Anak Agung Gde Anom Mudita, gugur melawan penjajah Belanda pada tanggal 20 November 1947. Taman Pahlawan ini dibangun oleh masyarakat Desa Adat Penglipuran sebagai wujud bakti dan hormat mereka kepada sang pejuang. Bersama segenap rakyat Bangli, Kapten Mudita berjuang tanpa pamrih demi martabat dan harga diri bangsa sampai titik darah penghabisan.
Desa Adat Penglipuran ini termasuk desa yang sering melakukan kegiatan ritual keagamaan, dan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. Dan desa ini pernah mendapatkan penghargaan Kalpataru dari pemerintah dan juga ditetapkan pula sebagai desa wisata oleh pemerintah daerah di tahun 1995.
Jadi jangan lewatkan kesempatan untuk mengunjungi objek wisata Desa Adat Penglipuran selama anda berlibur di Bali. Jika anda butuh bantuan untuk melakukan perjalanan tour, Diwira Tour & Travel senantiasa akan membantu keperluan tour anda selama di Bali.